IRDESS, INDRALAYA, OI – Gerakan Petani
Penesak Bersatu (GPBB) Ogan Ilir (OI) berencana mengutus sekitar 500 petani
dari 22 desa di Kabupaten OI ke Jakarta untuk memperjuangkan hak tanah yang
hingga kini masih diklaim PTPN VII Unit Usaha Cinta Manis. Terlebih ratusan
petani itu ke Jakarta dengan cara jalan kaki menempuh ratusan kilometer.
“Saat ini masih menyusun
jadwal yang tepat untuk berangkat ke Jakarta, sembari menunggu pendirian posko
di Desa Sribandung, Tanjung Batu sebagai start awal keberangkatan petani ke
Jakarta,” ujar Ketua GPBB OI, Abdul Muis melalui Sekretaris GPBB OI, Rusdi
Daduk di sela-sela rapat akbar kemerdekaan HUT RI di Balai Desa Sribandung,
Kecamatan Tanjung Batu, Sabtu (17/8).
Menurut dia, kuantitas 500
petani yang akan berangkat ke Jakarta menemui Menteri BUMN, BPN, dan pihak
berkompeten lainnya itu nanti akan diseleksi dahulu dengan melihat kriteria
kesehatan ataupun ketahanan fisik. Dia menegaskan misi utama yang diemban para
petani Ogan Ilir itu semata-mata ingin memperjuangakn hak tanah yang selama
puluhan tahun lalu diambil pihak PTPN Cinta Manis.
Dia berharap aksi jalan
kaki yang dilakukan petani itu dapat didengar dan diperhatikan pemerintahan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Apalagi SBY telah memberikan sinyal
positif untuk mereformasi agraria.
Sementara itu, anggota
DPRD Sumsel, Rusdi Tahar menegaskan, rapat akbar yang dilakukan bertepatan
dengan HUT RI ke-68 tahun ini adalah untuk mendorong proses pengentasan masalah
konflik yang selama ini tidak menunjukkan keberpihakannya kepada rakyat.
“Kita ini sudah 68 tahun
merdeka, namun disisi lain masih banyak fakta dilapangan bahwasanya kuat dugaan
banyak konflik agraria yang disinyalir bertentangan dengan undang-undang.
Jelas, masuknya PTPN Cinta Manis di OI justru sangat melukai masyarakat. Bahkan
masyarakat menjadi korban,” terangnya.
Kendatipun sudah ada
tawaran 20% dari PTPN untuk kesejateraan masyarakat Ogan Ilir sebagai
kompensasi agar rakyat tidak lagi memperjuangkan hak tanahnya, masih kata
politisi Partai Amanat Nasional (PAN), namun masyarakat menolak tawaran itu
karena dinilai sangat kecil bagi kesejahteraan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar