Jumat, 06 September 2013

10 PERSEN WARGA TRANS “LARI”


IRDESS, INDRALAYA, OI – Sejak adanya warga transmigrasi pada tahun 2009 lalu hingga saat ini, sedikitnya 10 persen dari 1.135 Kepala Keluarga (KK) yang tinggal di transmigrasi Kota Terpadu Mandiri (KTM) Rambutan Tanjung Pule, Kecamatan Indralaya Utara, dan Tanah Abang Kecamatan Indralaya Utara, dan Tanah Abang Kecamatan Muara Kuang dikabarkan ”lari” alias meninggalkan tempat yang sudah disediakan pihak Pemerintah tersebut. Nah loh???
Menurut Kepala Bidang (Kabid) Pembinaan dan Pengembangan Transmigrasi Dinas Transmigrasi Kabupaten Ogan Ilir (OI) Saili, lokasi transmigrasi ada dua lokasi, satu di daerah KTM Kecamatan Indralaya Utara, dan satu lagi di Tanah Abang Kecamatan Muara Kuang. ”Jumlah rumah warga transmigrasi ini ada 1.135, masing-masing 1.000 terletak di KTM dan Tanjung Pule, dan sisanya 135 di Tanah Abang. Dari sekian banyak ini 10 persennya sudah ditinggalkan penghuninya,” ujar Saili ditemui di ruang kerjanya, Selasa (3/9).
Dia membeberkan, alasan warga trans yang meninggalkan tempatnya tersebut beragam, mulai dari masalah banjir, lahan garapan tidak siap, dan ada juga yang mengambil terus dialihkan ke pihak lain. ”Semua yang meninggalkan tersebut warga Pulau Jawa, ada dari Madiun, Yugyakarta, Jepara, Bantul dan lain sebagainya yang dari Pulau Jawa. Kalau dari lokal itu keluar masuk saja,” beber pria berkacamata ini.
Bagi rumah yang kosong ditinggalkan warga ini, pihaknya sudah mengajukan kepada pihak pusat agar diganti dengan warga yang lain. ”Pastinya untuk pengganti tidak boleh dari lokal, hanya untuk Pulau Jawa saja,” imbuhnya.
Lebih jauh kata dia, tidak ada target yang ditentukan agar rumah warga trans terisi semua, melainkan pihaknya hanya memberikan deadline kepada Bupati yang bersangkutan dari Pulau Jawa untuk menempatkan siapa. ”Kalau tidak nanti, kita minta Bupati kita untuk membuat aturan sendiri bagaimana baiknya agar rumah-rumah transmigrasi yang kosong ini bisa terisi semua,” terangnya.
Disinggung mengenai adanya isu rumah transmigrasi yang dijualbelikan oleh warga dia menuturkan, hal itu tidak masalah asalkan sudah ditunggu selama 20 tahun. ”Kalau di bawah itu, wewenang kita untuk mengurusnya. Ya, seperti diisi warga lain yang juga dari Pulau Jawa,” tuturnya.
Banyaknya warga Pulau Jawa yang angkat kaki dari pemukiman KTM Rambutan diakui salah satu warga trans asal Jawa, Hermanuddin (38). Menurut dia, perjanjian yang telah ditetapkan pemerintah, warga trans yang sudah menetap selama enam bulan sudah bisa mendapatkan lahan usahanya.
”Tapi sejak awal tinggal di trans hingga sekarang, lahan usaha itu tidak kita dapatkan. Ini yang menyebabkan teman-teman banyak pulang, bukan karena banjir. Yang bertahan, adalah sekitar 150-an atau setengahnyalah,” ungkapnya seraya mengaku yang bertahan tidak ada pilihan lain, karena kebanyakan keluarga tidak ada lagi di tempat lain.
Dia menambahkan, bagi yang bertahan, menggantungkan hidup dengan menjadi buruh bangunan, dan sebagian bekerja di PT IAL. ”Pastinya, kita sangat mengharapkan lahan yang semestinya menjadi hak kita itu dikembalikan, dan kita dapat mengolahnya untuk usaha tani,” imbuhnya.
Senada diungkapkan Sumardi, warga trans asal Madiun, Jawa Timur (Jatim), memang benar banyak warga trans di UPT-nya tersebut meninggalkan tempat tinggalnya, karena tidak memiliki lahan usaha I. ”Jujus Mas, kami yang tinggal di sini ini semuanya petani, jadi kalau petani tidak mempunyai lahan itu gimana Mas, kami sangat berharap kepada pemerintah agar memperjuangkan nasib kami ini, supaya bisa hidup sama dengan orang lain,” tuturnya yang mengaku saat ini bekerja sebagai kuli bangunan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar