Senin, 05 Mei 2014

LIMBAH SPF SUSAHKAN WARGA (Pasang Spanduk Tanda Protes)


IRDESS, Indralaya, OI - Limbah debu dari aktivitas industri PT SPF terus berlanjut. Meski warga yang tinggal di sekitar perusahaan sudah melakukan aksi protes dengan membentangkan spanduk tuntutan, namun manajemen perusahaan seolah tidak menanggapi secara serius dan terus melakukan kegiatan industri.
Warga yang paling terganggu dengan limbah debu dan bau berada di Perumahan Gading yang hanya berjarak lebih kurang 50 meter dari pabrik PT SPF. Bahkan, puluhan warga di perumahan tersebut membentangkan spanduk bertuliskan ’Kami Warga Perum Taman Gading I Menolak Cemaran Limbah (Debu dan Bau) dari PT SPF’. Selain perumahan tersebut, beberapa daerah juga ikut terganggu yakni warga di Desa Palemraya dan Kelurahan Timbangan Kecamatan Indralaya Utara, kabupaten Ogan Ilir (OI).
Hal ini menandakan warga sudah resah dengan limbah yang dikeluarkan perusahaan tersebut. Betapa tidak, berbagai upaya sudah dilakukan warga agar limbah tidak menyelimuti udara di perumahan itu, mulai berkoordinasi dengan pihak PT SPF maupun melakukan pertemuan dengan manajemen perusahaan.
Namun, upaya tersebut tidak ada respon yang baik dari pihak perusahaan. Terbukti, limbah debu masih beterbangan dan bau yang menyengat masih mengganggu pernapasan, sehingga warga memutuskan untuk memasang spanduk di depan lokasi perumahan tersebut.
”Pihak SPF hanya janji-janji saja kepada warga, hingga saat ini tidak ada buktinya. Limbah masih menjadi momok yang menakutkan bagi warga,” ujar Ketua  Warga Taman Gading, Kating yang didampingi warga lain, Agus, Jai, Yuspran, Iwan, Tri, Papan, Tamrin, dan warga lainnya.
Menurut warga, pihaknya sudah beberapa kali melakukan pertemuan dengan pihak perusahaan untuk membaha masalah limbah ini, agar tidak mencemari lagi. Namun, tanggapan yang tidak serius dari pihak perusahaan, masih membuat limbah tersebut bertebaran.
”Puncaknya beberapa bulan yang lalu kami diundang pihak SPF untuk membahas masalah limbah ini, mereka janji bulan Maret tidak ada lagi limbah. Tapi, hingga saat ini limbah tersebut masih mencemari warga,” timpal warga lain.
Berdasarkan informasi yang diterima warga, limbah perusahaan mengakibatkan salah seorang  warga mengalami bintik-bintik merah dibagian tangan. ”Korban saya lihat kulitnya sudah borok karena alergi limbah debu SPF,” ujar warga lain Agus.
Pria yang juga tercatat sebagai dosen di Unsri ini mengaku, sudah mengumpulkan bukti-bukti kongkrit terkait pencemaran limbah PT SPF ini, dan rencananya masalah ini akan diadukan pihaknya ke Badan Lingkungan Hidup Sumsel dan Kementerian Lingkungan Hidup RI.
”Kita tidak main-main, karena limbah ini sudah mengganggu kenyamanan kita. Untuk itu, kita minta pihak SPF berupa debu dan bau ini dihilangkan,” tegasnya.
Terpisah bagian HR PT SPF, Yermi tidak menepis adanya limbah debu dan bau yang masih keluar dari perusahannya tersebut. Namun, dia mengaku sudah  melakukan berbagai upaya untuk menahan limbah agar tidak masuk ke dalam pemukiman warga.
”Kalau ada laporan kita langsung tindak lanjuti dengan terjun ke lapangan, didalam kita terus memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada,” ujarnya.
Lebih jauh dia mengatakan, pihaknya sudah melakukan musyawarah kepada internal manajemen maupun warga sekitar perusahaan untuk mencari solusi.
”Kita juga terus terbuka dengan siapa saja. Masalah perbaikan kita lakukan, bukan selama ini kita diam saja. Bahkan, kita pernah mendatangi ahli pembuat mesin. Tapi, sampai saat ini kita belum ketemu. Yang jelas kita usaha terus,” ulasnya.
Tak hanya itu lanjutnya, untuk meminimalisir adanya limbah yang dikeluarkan, pihaknya hanya menghidupkan satu mesin hingga saat ini. ”Saat ini hanya satu, dan cerobongnya juga sudah kita pasang jaring,” bebernya.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar