Sabtu, 05 Oktober 2013

HILIRISASI KARET DISARANKAN PAKAI GAS


IRDESS, INDRALAYA, OI – Program Hilirisasi Karet yang berupa repitalisasi sarana produksi kompon dan vulkanisir di Kabupaten Ogan Ilir (OI) mengalami kendala. Pasalnya, biaya operasional kegiatan tersebut membengkak terutama biaya bahan bakar. Karenanya disarankan untuk memakai gas.
Ini terkuak dalam kunjungan kerja Deputi Tehnologi Informasi, Energi dan Material yang bertajuk monitoring kegiatan hilirisasi karet yang berupa repitalisasi sarana produksi kompon dan vulkanisir ban di OI, kemarin (4/10).
Menurut Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian, Perdagangan dan UMKM, H Tapip, pengembangan industri kompon ini telah dilakukan sejak 2010 lalu. Dimana pihaknya mendapat bantuan peralatan kementerian sehingga pada 2011 dilakukan uji coba peralatan pembuatan kompon.
”Nah, yang menjadi kendala kita ini, biaya operasional yang mahal, peralatan, terutama bahan bakar yang kita masih menggunakan genset dengan bahan bakar solar. Ini yang membuat biaya kita membengkak,” terangnya.
Dikatakannya juga, jika pada 2012 lalu juga pernah dilakukan pengkajian oleh Badan Pengajian dan Penerapan Tehnologi (BPPT) Sumsel. ”Pada bulan Mei lalu, kita sudah melakukan MoU BPPT dan MoU yang pihak lainnya juga,” bebernya.
Dalam melakukan berbagai kegiatan sejak 2010 lalu, pihaknya atau tidak lanjut dengan melakukan renopasi pabrik, sirkulasi air pendingin.
”Dan banyak lagi lainnya, ternyata masih ada saja yang kurang. Ya, itu tadi kendalanya,” tuturnya.
Untuk selanjutnya, pihaknya masih menunggu bantuan peralatan lainnya dari pihak pusat, untuk benar-benar mengoperasikan kegiatan ini dengan mendapatkan keuntungan lebih.
”Untuk kompon karet dalam proses pengadaan ini, kita masih menunggu uji coba dan peralatan dari pihak pusat,” imbuhnya.
Sementara, Bupati Kabupaten OI, Ir Mawardi Yahya mengaku, Kabupaten OI termasuk penyumbang besar produksi karet untuk Sumsel umumnya di Indonesia.
”Pastinya, dengan adanya program ini, jika Ogan Ilir berhasil tentunya akan meramba ke Kabupaten lain, dan provinsi lain,” ujarnya.
Diakuinya juga lanjutnya, Bumi Caram Seguguk juga memiliki usaha breket atau sil dengan bahan baku karet kelas dua yang dikumpulkan dan diolah. Hasilnya diproduksi ke luar kota.
”Tinggal lagi kekurangan  kita ini, tehnologi yang masih jauh tertinggal. Untuk itu kita minta pada pihak pusat. Ya paling tidak bisa menambah nilai tambah untuk masyarakat,” tuturnya.
Dijelaskannya, untuk kapasitas 2205 KPA, memakan delapan liter solar dalam satu jamnya. ”Ini tentunya banyak pengeluaran. Jadi, sekali lagi kita minta pada pihak pusat melalui Deputi ini, kalau ada sistem bagus, biar keuntungan yang didapat bisa memuaskan,” katanya.
Deputi Tehnologi Informasi, Energi dan Material, dr Unggul Priyono mengatakan, setelah membicarakan kekayaan Kabupaten OI yang melimpah termasuk dengan sudah masuknya program gas untuk rumah tangga. Dan ini bisa dimanfaatkan dengan baik untuk program tersebut.
”Kita sarankan agar OI dalam kegiatan kompon dan fulkanisir ini bisa menggunakan gas. Karena lebih efisien dan irit, keuntungannya 1/3 dari harga solar, biaya produksi bisa ditekan. Ya, mau lebih murah lagi batubara,” terangnya.
Setelah melakukan pertemuan di ruang rapat Bupati, rombongan Deputi yang didampingi Bupati dan pejabat di lingkungan Pemkab OI melakukan peninjauan PT Global yang memproduksi kompon dan vulkanisir di Sukarajo lama.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar